Teguh Pendirian

Kita hidup di dunia yang tak lepas dari kritik. Setiap apa yang kita lakukan pasti berpotensi menuai kritik. Entah itu kritik yang membangun, maupun kritik yang menjatuhkan. Lantas, bagaimana caranya kita tetap punya pendirian di tengah banyaknya kritik atas upaya-upaya yang kita lakukan…?

Ada beberapa cara yang saya terapkan untuk diri saya sendiri, yang bisa Anda jadikan inspirasi untuk terus bergerak menjalankan apa yang sudah Anda putuskan menjadi jalan hidup Anda.

1. Teguh pada Pendirian Anda

Cara pertama adalah Anda harus punya pendirian. Setiap keputusan, sekecil apapun itu pasti sudah melewati proses berpikir, pertimbangan, dan alasan mengapa Anda melakukannya. Kecuali Anda merasa diri Anda belum terlalu dewasa, maka Anda punya alasan untuk mendengarkan “kritik” orang lain karena Anda sendiri belum yakin dengan apa yang Anda lakukan. Namun, mau sampai kapan Anda tidak berubah menjadi dewasa…? Itu pilihan Anda.

Photo by Tim Foster on Unsplash

Berlatih untuk teguh pendirian, tidak mudah goyah karena omongan orang. Saya tahu, ketika Anda melakukan hal yang tak sejalan dengan pemikiran orang lain, maka Anda akan dikritik karena mereka mereka masih berada di sudut pandang mereka sendiri. Apalagi kritik yang menjatuhkan, mereka tidak benar-benar berada di sepatu kita. Lalu, mengapa kita harus mendengarkan kritik yang tak empati.

Continue reading “Teguh Pendirian”

Bagaimana Menulis yang Baik

Ada beberapa orang yang bertanya kepada saya tentang menulis. Bagaimana cara menulis yang baik? Apa yang bisa saya tulis? Bagaimana jika bingung dengan apa yang ingin saya tuliskan? Di kepala sudah banyak hal yang ingin diungkapkan tapi tidak tahu bagaiman cara menuliskannya.

Memang menulis ini butuh keterampilan, banyak orang yang sebenarnya bisa menulis dengan baik, idenya pun bagus-bagus, tapi tidak kunjung menulis karena merasa tulisannya bakalan nggak enak dibaca. Ada lagi yang lucu nih, ada orang yang ingin menulis, tapi takut tulisannya dibaca orang lain. Haha. Apakah Anda salah satunya? Takut menulis karena malu kalau ada yang baca.

Foto oleh Antoni Shkraba

Kalau saya sendiri, menulis itu sudah menjadi kebutuhan ya. Kebutuhan untuk menyalurkan kata-kata yang ada di dalam pikiran, supaya tertuang dalam bentuk tulisan. Entah itu hanya sekedar curhatan, menguraikan masalah dalam pikiran, mengungkapkan ide baru, atau menulis untuk tujuan tertentu (pekerjaan atau project tertentu).

Rasanya sudah sering ya saya buat artikel yang sifatnya memotivasi teman-teman agar menulis. Karena nggak ada tips ajaib buat menulis dengan baik selain dengan berlatih menulis sesering mungkin. Ibaratnya kamu mau jadi pelari yang hebat, tapi kamu hobinya rebahan. Tidak akan pernah nyambung, karena yang kamu butuhkan adalah berlatih lari atau execise lain yang mendukung cita-citamu jadi pelari. Sama dengan menulis. Kamu nggak akan jago nulis kalau hanya membaca tips menulis tanpa pernah latihan menulis. Otot menulis hanya bisa dibentuk dengan rajin membaca dan rajin menulis.

Continue reading “Bagaimana Menulis yang Baik”

Masa-masa Sulit

Saya yakin, semua orang pernah mengalami masa sulit dalam hidupnya. Bentuk kseulitannya pun beragam, entah sulit dalam hal kesehatan, waktu, tempat, pekerjaan, keuangan, keluarga, hingga bermasyarakat. Kesulitan tersebut bisa jadi terjadi dalam kurun waktu sebentar, bisa juga dalam jangka waktu yang lama. Orang yang menikah, umumnya akan memasuki fase sulit di 5 tahun pertama pernikahannya. Usia pernikahan 5-10, mulai stabil, namun tidak menutup kemungkinan masih merasakan masa-masa sulit.

Saya ambil contoh kesulitan yang dialami oleh Mas Suharso alias Aveus Har. Berikut ceritanya :

Dok. Screenshot WAG Kelas Menulis Aveus Har

Saya pernah mengalami hal serupa dengan mas Aveus Har tersebut. Bahkan, jika mau jujur, saat ini saya masih berada di masa-masa sulit itu. Anak saya masih kecil-kecil, sulung usia 6 tahun dan bungsu 2 tahun. Masa dimana mereka masih sangat membutuhkan saya sebagai ibunya, untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka seperti makan, minum, tidur, mandi, belajar, bermain, dan sebagainya. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, hampir tidak ada waktu bebas untuk lepas dari mereka, karena saya memang memutuskan untuk mengasuh mereka berdua, bersama partner hidup saya yaitu suami saya.

Konsekuensinya adalah, ada hal yang harus benar-benar saya lakukan dengan berjuang. Ketika anak-anak tidur, suami tidur, saatnya saya bekerja. Kadang saya merasa capek luar biasa, tapi itu hanya berlangsung sesekali saja dan tidak lama. Anda tahu sendiri, kan, seorang ibu tak boleh sakit. Jadi, ketika kesehatan saya menurun, saya langsung mencari cara supaya saya tetap bisa melayani kebutuhan anak-anak, dan mengusahakan agar saya kembali sehat sesegera mungkin.

Continue reading “Masa-masa Sulit”

Orang Sok Tahu

Pernahkah Anda terlibat dengan orang yang sedikit menyebalkan karena merasa sok tahu tentang suatu hal?

Pastinya pernah. Entah itu teman sekolah, teman kuliah, teman kerja, teman nongkrong, teman online (#ehhh) dan teman-teman lainnya. Saya juga pernah, bahkan sering menjumpai orang yang amat sangat sok tahu, sehingga dia bisa mengucapkan hal-hal yang diluar ekspektasi hanya karena dia ingin dicap sebagai orang yang berpengetahuan.

Foto oleh fauxels

Sebenarnya ya nggak salah sih. Dia memang tahu, hanya saja mengungkapkan hal yang tidak perlu. Contohnya adalah ketika saya mengikuti lecture Fundamental Course Software Engineering yang diadakan oleh RevoU, ada saja peserta yang “aktif” banget cuap-cuap di kolom livechat youtube. Dia mengungkapkan hal-hal yang sudah bukan lagi basic, di saat peserta lain masih bingung atau kesulitan dengan materi yang sedang disampaikan.

Continue reading “Orang Sok Tahu”

Mendengarkan Nasehat

Saya adalah orang yang suka diberi nasehat. Beneran ini, karena saya orangnya juga suka memberikan nasehat, terutama buat anak saya sih. Muehehehe. Akan tetapi, saya tetap memilih, mana nasehat yang bisa saya terapkan, dan mana yang saya skip, menyesuaikan dengan keadaan saya tentunya.

Terkadang, nasehat yang diberikan seseorang itu baik. Tapi kurang tepat saja bagi saya saat itu. Solusinya adalah, tetap saya dengarkan, dan saya gunakan di saat yang tepat. Jika kita langsung menolak sebuah nasehat hanya karena tidak cocok, kemungkinan kita akan mengabaikan seluruh isi kitab suci dan hadits, karena merasa apa yang ada di dalam kitab suci itu nggak cocok buat kita.

Foto oleh SHVETS production

Menjalankan sebuah nasehat pun butuh strategi. Kalau kita menuruti semua nasehat, padahal nasehat itu kurang pas untuk kita terapkan sekarang, maka kita akan kewalahan dalam menjalaninya. Jalani nasehat yang baik semampu kita, jika belum mampu ya nggak usah dipaksa. Gunakan nasehat lain yang dampaknya signifikan buat kita.

Seni mendengarkan nasehat yang lain adalah belajar tidak menyalahkan orang yang menasehati. Maksudnya bagaimana? Ketika kita minta saran pada orang, evaluasi kembali saran yang diberikan oleh orang tersebut. Jika kita hanya taqlid buta, menjalankan sepenuhnya nasehat tanpa bertanya maupun menimbang kembali sesuai kondisi kita, maka jika ada apa-apanya di kemudian hari, kita akan cenderung menyalahkan orang yang ngasih nasehat tersebut.

Continue reading “Mendengarkan Nasehat”

Belajar Hal Baru

Setiap orang memiliki waktu yang sama, 24 jam sehari. Ada yang bisa menggunakannya untuk berbisnis, bekerja, belajar, dan ada yang menggunakannya untuk main game, belanja, dan rebahan. Apapun yang Anda lakukan dengan waktu Anda, itu adalah hak Anda. Namun, jika Anda punya pilihan, apa yang ingin Anda lakukan untuk memaksimalkan waktu yang Anda miliki…?

Kalau saya, saya ingin belajar hal baru dan mendalami ilmunya semaksimal mungkin agar bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Belakangan saya terpantik untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis yang akan saya bangun. Termasuk mempelajari basic programming dan software engineering.

Bagi saya, belajar ilmu menulis, copywriting, blogging, SEO, dan social media management aja tidak cukup untuk bekal bisnis yang ingin saya jalani untuk jangka panjang. Saya merasa ilmu basic programming dan software engineering adalah pondasi yang harus saya kuasai agar bisnis saya bisa lebih kuat.

Continue reading “Belajar Hal Baru”

Memulai dari Nol

Saya baru mempelajari bisnis dari youtube, yang mana bila saya sarikan ilmunya insya Allah bermanfaat. Utamanya buat saya sendiri, dan mungkin untuk pembaca saya yang tertarik untuk memulai bisnis.

Dimulai dari pertanyaan : bisakah kita memulai bisnis dari nol? Dari tidak ada sama sekali menjadi ada, dan membesar di suatu hari nanti?

Jawabannya, bisa.

Foto oleh Zdenek Rosenthaler

Kita selalu bisa memulai apapun dari nol, termasuk bisnis. Saya kalau mau nulis artikel pasti dari sebuah halaman kosong. Menulis huruf pertama, paragraf pertama, mengedit, menambahkan ilustrasi, dan sebagainya hingga menjadi sebuah artikel yang siap dipublikasikan dan dibaca oleh orang banyak.

Starting from Scratch

Memulai bisnis dari awal, mungkin bisa dibilang dimulai dari sebuah ide. Awalnya kita tidak punya apa-apa, belum ada yang bisa dilakukan, namun kita bisa mempelajari dan mencari modal awal yang kita perlukan. Dari video youtube yang saya saksikan tadi, ide si mbak illusatrator (ya, dia punya bisnis berbasis ilustrasi) ini awalnya hanya senang menggambar. Mungkin dia bekerja juga sebagai ilustrator (saya kurang tahu persisnya apakah awalnya dia seorang karyawan), namun dia berniat untuk memiliki bisnis bermodalkan skill menggambar yang dia miliki.

Continue reading “Memulai dari Nol”

Profesionalisme

Saya tergelitik untuk menulis hal ini, karena penasaran bagaimana menjadi orang yang profesional. Saya sendiri tidak menganggap saya sudah profesional, tapi berusaha untuk menjadi orang yang profesional.

Seperti yang dilansir dari Kumparan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesionalisme diartikan sebagai mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.

Profesionalisme juga dapat dimaknai sebagai sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi, agar senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kemampuannya sesuai aturan serta etika yang berlaku.

Foto oleh fauxels

Dari penjelasan tersebut, kualitas seseorang dikatakan memilki profesional atau tidak adalah bagaimana sikap mental mereka dengan komitmen yang sudah dibuat agar meningkatkan kemampuannya dalam bidang yang mereka geluti.

Saya sebagai penulis, berusaha menuju penulis profesional dengan terus belajar menulis serta menjaga komitmen saya untuk membuat tulisan yang berkualitas. Jika ada orang yang mengaku profesional tapi tidak dibarengi tindakan untuk mewujudkannya bisa dikatakan orang tersebut sedang melakukan kebohongan. Ngakunya penulis, padahal tulisannya nggak berkualitas. Keandalan sebagai seorang profesional diragukan kala orang tersebut tidak mau menjaga hal-hal yang menyangkut profesionalisme-nya.

Apa imbas dari pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang tidak memegang profesionalisme? BANYAK ALASAN untuk membenarkan tindakan-nya tersebut. Bahkan seringkali merugikan, baik tim yang bekerjasama dengannya maupun bagi perusahaan yang menaunginya.

Gairah untuk menjadikan pekerjaan sebagai tanggung jawab profesional menjadi bahan bakar untuk mewujudkan profesionalisme. Apapun bidang pekerjaannya, dibutuhkan yang namanya profesionalisme. Tukang parkir kalau nggak bisa mengarahkan dan mengatur kendaraan yang diparkir, bakalan bikin ruwet juga. Tukang parkir aja harus profesional agar bisa dihargai dalam profesinya. Apalagi orang yang direkrut perusahaan untuk memenuhi berbagai tugas yang membutuhkan kompetensi. Mau tidak mau harus belajar untuk meningkatkan profesionalisme supaya bisa bekerja bersama tim yang lain.

Kalau istilah bos saya sih, kereta yang ditarik tiga kuda balap dan satu kuda pincang, kecepatannya akan ditentukan oleh si kuda pincang, bukan tiga kuda balap. Satu orang yang tidak profesional akan mengacaukan tiga orang profesional dalam menjalankan perannya.

Mungkin itu saja tulisan saya kali ini. Sebaiknya memang tulisan yang sudah selesai dalam beberapa paragraf tidak dipanjang-panjangkan hanya karena memenuhi jumlah kata. 😀

Indriani Taslim

Madiun, 19 Juli 2023

Tantangan 100 Hari Menulis (49/100)

Berbagi Gaya Hidup

Dahulu, saya punya teman. Orangnya sederhana. Setidaknya, saya tahu sedikit latar belakang keluarganya, tidak begitu kaya, tapi juga tidak terlalu miskin. Sedang-sedang saja.

Dahulu, saya merasa nyaman berteman dengannya. Namun, seiring waktu, people changed. Ada beberapa titik yang menyebabkan dia berubah. Mulai dari pergaulannya, lalu pasangan yang ia nikahi, dan akhirnya dia berada di titik yang berbeda dengan saya (baca: dia kaya, saya belum kaya, wkwk).

Apakah sekarang saya masih berteman dengannya? Masih. Tapi tidak bisa sedekat dulu. Saya merasa ada jarak di antara kami. Entah apa itu, yang jelas, titik yang berbeda soal kemapanan finansial. Sekarang, saya kalau diajak ngomong jadi gak nyambung, kayak udah beda level memang. Saya mengerti, circle pertemanan seseorang itu lebih baik kalau sekufu. Kalau tidak bakalan NJEGLEK alias ada gap yang membuatnya jadi tidak nyaman.

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash

Padahal, sebenarnya status atau kondisi finansial seseorang bisa juga diabaikan kalau tujuannya adalah bergaul sesama manusia. Tapi apa daya, semua yang ada di alam semesta ini adalah energi. Orang yang frekuensinya adalah “kaya”, tidak bisa nyambung dengan yang “miskin” (atau belum kaya seperti saya, wkwk). Kalau dipaksakan, pasti akan ada yang terluka. Eaa…

Continue reading “Berbagi Gaya Hidup”

Kebiasaan Membaca Buku

Saya pernah membuat daftar buku bacaan yang sudah saya baca selama tahun 2021, tepatnya setengah tahun sih. Karena saya mulai membaca buku bulan Juli-Des 2021. Kala itu saya membagikan screenshot list itu ke Quora, dan tidak disangka banyak yang mendukung naik jawaban tersebut. Sebenarnya listnya simpel banget, saya hanya menuliskan judul buku yang sudah saya baca, dan buku TBR (To Be Read).

Tahun 2022 saya membuat target membaca buku juga, 24 buku dalam setahun. Entah bagaimana kondisi saat itu saya hanya bisa membaca 13 buku saja. Mungkin karena 2022 adalah tahun yang suram bagi saya, sehingga saya tidak fokus dengan target baca. Tapi, lumayan lah 13 buku, daripada cuma 13 halaman.

Bacaan 2022 Indriani Taslim ~ Dok. Pribadi

Tahun 2023 ini saya menurunkan target baca saya hanya menjadi 12 buku saja. Apa pertimbangannya? Ada beberapa hal yang ingin saya kerjakan juga di tahun ini, termasuk pindah rumah, mulai kerja, anak masuk SD, dan beberapa project lain yang sedang saya rancang. Bagi saya, membuat target yang achieveable membuat saya lebih semangat saat saya bisa melampaui target tersebut daripada saya pasang target tinggi tapi tidak achieve. Kemenangan kecil selalu membuahkan semangat besar untuk menaklukkan hal yang lebih besar.

Namun, saya bisa saja mengubah prioritas saya. Karena ada project menulis yang mengharuskan saya untuk melakukan riset, maka saya bisa mengubah target membaca 12 buku menjadi 20 buku, atau lebih. Seiring dengan apa yang sedang kita kerjakan, kita bisa mengubah target-target yang kita buat di awal tahun. Tinggal sesuaikan saja dengan kebutuhan kita. Bisa juga kita lagi butuh banget nih ilmu dari sebuah buku, maka tinggal kita masukkan ke TBR, dan berusaha make time untuk membacanya.

Continue reading “Kebiasaan Membaca Buku”