Rumah : Tempat Segalanya Bermula

Apa makna rumah bagi kalian?

Bagi saya, rumah adalah tempat memulai segalanya. Rumah adalah tempat mewujudkan mimpi-mimpi. Rumah adalah tempat menjalani hari-hari yang saya inginkan. Rumah adalah tempat healing. Rumah adalah ketenangan.

Tidak banyak yang tahu tentang cerita rumah pertama saya. Kalaupun tahu, pasti simpang siur dengar dari orang lain. Kalaupun tahu, pasti bukan dari saya, karena saya jarang menceritakan tentang rumah ini pada orang lain, kecuali beberapa orang saja secara personal. Itupun karena saya ditanya.

Foto oleh Kindel Media

Bagi sebagian besar orang, memiliki rumah adalah kebutuhan yang mainstream. Semua orang yang berumah tangga butuh rumah, apapun wujudnya. Ada yang masih tinggal di rumah ortu atau mertua. Ada yang memilih mandiri dengan mengontrak, KPR, rumah dinas, menempati rumah orang lain (hanya disuruh menempati, bukan menyewa), dsb. Saya memiliki beberapa kenalan yang menempati rumah orang lain karena dipercaya untuk merawat asset orang kaya yang punya beberapa rumah. Dan itu bagi saya adalah karunia besar. Tidak banyak loh, yang dipercaya buat merawat rumah orang lain.

Apapun jenis tempat tinggal Anda sekarang, saya tidak mau membahasnya lebih lanjut karena bagi saya, apapun pilihan Anda tentang rumah, pasti ada pertimbangannya sendiri. Kita bisa saja men-judge seseorang tidak tepat apabila begini dan begitu, tapi berdasarkan pengalaman saya, judgement kita tidak dibutuhkan oleh orang tersebut. Karena yang dibutuhkan adalah solusi. Jika tinggal di rumah yang sekarang sudah nyaman, mengapa harus pindah? Jika tidak nyaman, bagaimana solusinya agar nyaman? Nah!

Kalau rumah saya bagaimana? Rumah pertama saya ini dibangun karena keharusan.

Ya, harus dibangun karena saya membutuhkan rumah untuk healing. Setelah melewati banyak hal yang tidak semua orang mengalaminya, akhirnya saya pindah ke rumah pertama saya ini pada awal Maret 2023. Itu adalah moment yang bagi saya sangat luar biasa, penuh dengan air mata untuk bisa berkumpul dengan keluarga kecil saya kembali. Saya rindu akan ketenangan, dan rumah ini adalah sarana untuk mendapatkan ketenangan itu kembali.

Menurut perhitungan saya, secara mainstream saya baru akan punya rumah di usia pernikahan ke 10 atau lebih. Namun di lubuk hati kecil saya pernah menanamkan mimpi yang cukup spesifik, saya akan punya rumah jika anak sulung saya kelas 1 SD. Alhamdulillah, kekuatan alam bawah sadar saya menang. Tahun ini anak saya masuk SD, dan saya sudah punya rumah sendiri.

Hal ini memberi saya pelajaran bahwa apapun realita yang Anda alami sekarang, jangan percaya bahwa itu yang akan terjadi. Apalagi sekedar kata orang, komentar orang. Tidak ada pengaruhnya. Bangunlah mimpu Anda sendiri, tuliskan secara spesifik dan yakini hingga alam bawah sadar Anda yang akan menuntun Anda mencapai tujuan Anda. Apapun itu.

Sudah hampir 4 bulan saya menempati rumah ini dan banyak sekali hal yang terjadi. Terkadang ada saja yang kurang sesuai, namun saya menikmati semua prosesnya. Selalu ingat bahwa inilah kehidupan yang sudah lama saya impikan. Saya mulai melakukan hal yang saya sukai, mengasuh anak-anak, bekerja, menulis, dan memulai beberapa project yang mendekatkan saya dengan goal-goal dalam hidup saya.

Saya bersyukur sekarang sudah di sini. Banyak kesempatan yang bisa saya peroleh, sudah berbeda cerita dari fase kehidupan saya sebelumnya. Bagi orang yang melihat, tentu ada pro kontra dengan pilihan hidup saya dan suami. Tapi bagi saya sendiri, semua itu adalah faktor eksternal. Kami yang menjalani hidup kami, bukan mereka. Jadi, apa yang terlihat tidak baik, belum tentu tidak baik. Apa yang terlihat baik, belum tentu baik. Filosofi Stoikisme sangat bermanfaat bagi saya, untuk tidak terlalu mempedulikan hal eksternal. Anda juga boleh mempelajari Stoikisme untuk lebih tenang dalam menghadapi hidup.

Akhirnya, babak baru dalam kehidupan saya sedang saya jalani. Fase adaptasi alhamdulillah sudah terlewati. Anak-anak pun sangat kerasan di sini, walaupun rumah kami masih setengah jadi. Tapi, tidak mengurangi fungsinya sebagai rumah yang menciptakan ketenangan bagi penghuninya. Saya bersyukur, diberi kesempatan oleh Allah untuk memiliki rumah ini, walaupun saya dan suami sepakat, kami akan membangun rumah kedua untuk kami tempati (karena beberapa alasan, rumah ini bukan sepenuhnya milik kami, jadi saya tidak akan banyak berinvestasi untuk rumah ini).

Di manapun Anda berada saat ini, rumah manapun yang kalian tempati, hadirkan suasana tenang, agar barokah senantiasa melingkupi kita semua. Seperti yang saya katakan di awal, saya membutuhkan rumah ini untuk healing, dalam arti yang sebenarnya. Saya masih sering menangis, sering berjuang melawan anxiety, saya belum sepenuhnya normal kembali, walau sudah di rumah sendiri.

Tapi, saya bersyukur saya masih ada di sini. 🙂

Indriani Taslim,

Madiun, 30 Juni 2023

Tantangan 100 Hari Menulis (34/100)

Leave a comment